Saturday 18 October 2008

Pemimpin Bermental Bita Nahak

By Herman Seran

Hingar bingar proses pemilihan pemimpin NTT baik untuk level gubernur maupun bupati sedang mengekskalasi. Banyak pertanyaan tentang figur pemimpin ideal dambaan warga NTT. Secara sederhana figur dambaan itu adalah personifikasi kepribadian yang bermental ”Bita Nahak” meminjam tokoh dongeng masyarakat Malaka. Bagi mereka yang lahir di Belu Selatan, sewaktu dongeng masih masih merupakan hiburan malam hari, pasti akrab dengan tokoh dongeng wanita bermartabat Bita Nahak itu, yang biasanya dipertentangkan dengan Bukulasak, wanita rakus pemakan segala.
Al kisah, di suatu pesta pernikahan Bita Nahak dan Bukulasak mendapat kehormatan untuk hadir. Bita Nahak, walaupun sering kelaparan, karena jatah makannya selalu diambil Bukulasak (Tetun: hamukit), tetap tidak lupa daratan menyaksikan makanan pesta yang melimpah ruah. Pembawaan Bita Nahak tetap santun dan mengundang rasa hormat segenap undangan. Lain halnya, si Bukulasak, dengan semangat aji mumpung ia memakan apa saja yang disajikan, termasuk di tempat sirih – pinang (Tetun: kabir), yang secara adat istiadat peradaban itu merupakan suatu nista besar, jika dikembalikan dan isinya tidak genap, apalagi kosong. Saking rakusnya, Bukulasak lupa daya dukung perutnya sendiri, sehingga perutnya robek dan berserakkanlah segala isi perutnya. Akibatnya orangpun berkerumun untuk mengenali barang miliknya masing – masing yang dilahap sang Bukulasak.
Mental Bita Nahak dan Bukulasak adalah dua jenas kepribadian manusia yang bertentangan satu terhadap yang lain. Mental ”Bita Nahak” merupakan representasi mental berkelimpahan (abundant mentality) jika mengacu kepada klasifikasi penulis Seven Habits Daniel Coleman. Sebaliknya kepribadian Bukulasak berkorelasi dengan mental kekurangan (scarcity mentality). Mereka yang bermental miskin tega memakan apa saja tanpa perduli norma ataupun aturan yang berlaku, bahkan keselamatan nyawa sendiri. Ini berbeda dengan mereka yang bermental Bita Nahak yang selalu mawas diri dan tidak menghalalkan cara.
Ciri pemimpin bermental Bukulasak ini banyak ditemukan dalam keseharian orang NTT. Mereka yang jelas – jelas ketahuan merampok uang rakyat, masih tetap mengupayakan berbagai cara supaya dianggap bersih. Mereka juga adalah kelompok yang berusaha menggerogoti rakyat kecil, yang tidak berdaya seraya memperkokoh kelompok kepentingan, untuk memuaskan mental kerenya yang takkan pernah terpuaskan. Kelompok bermental miskin ini menjarah kedaulatan rakyat dan memberikannya kepada segelintir orang dan memanipulasi aspek – aspek demokrasi untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Dengan sendirinya, para pemimpin bermental Bukulasak ini sedang mengangkangi nilai – nilai demokrasi. Tegasnya, mereka sebenarnya sedang melakukan anarkhi dalam payung hukum atau legalitas seraya mengerangkeng para ahli waris kedaulatan yang sebenarnya, rakyat.
Bentuk – bentuk anarkhi para pemimpin itu tampil berupa kekuasaan elit dan politik uang. Mereka adalah kelompok elit yang memanfaatkan celah aturan, ketiadaan informasi dan kebodohan rakyat, bahkan membuat aturan sarat kepentingan untuk melanggengkan status quo. Contoh yang lagi hangat adalah usaha menggagalkan sistem pemilihan distrik murni dan keengganan mengakomodasi calon independen dalam rancangan undang - undang pemilu, yang sementara ini dibahas oleh elit partai di Senayan. Mereka juga tidak segan – segan melicinkan karir politik mereka dengan uang agar terpilih. Perlu diingat bahwa politik uang dan korupsi ibarat telur dan ayam yang susah ditentukan mana yang pertama.
Sudah saatnya Nusa Tenggara Timur dipimpin oleh para pemimpin berhati Bita Nahak, pemimpin bermental kaya walaupun hidup miskin. Pemimpin bermental Bita Nahak adalah pemimpin yang rendah hati namun tinggi harga diri. Pemimpin seperti ini tidak menjual murah kehormatan dan nama baik demi harta dan kekayaan. Memang, semua orang NTT harus membakar suluh nurani untuk menemukan pemimpin NTT yang bermental kaya yang sangat sulit didapati ini. Bukan karena semua orang NTT adalah orang miskin. Bukan pula karena kita dilahirkan di daerah yang katanya memiliki nasib tidak tentu yang hanya berharap nanti Tuhan tolong.
Kadar mental kaya dan mental miskin seseorang tidak ditentukan oleh banyaknya harta kekayaan yang dimiliki. Mengkuantifikasi psikologi manusia bukan hal yang mudah kalau tidak dikatakan tidak mungkin. Jika mental kelimpahan berbanding lurus dengan kekayaan, tentu para pejabat tidak akan berkorupsi karena pendapatan mereka lebih besar dari pegawai kecilan. Tapi fakta sehari – hari memperkuatan opini bahwa para koruptor adalah mereka yang punya kuasa besar, penghasilan besar, dan kehormatan besar. Bukan pegawai kecil yang paling banter korupsi waktu karena tidak jelas tugas dan fungsi yang digariskan atasannya. Penilaian seorang calon pemimpin bermental kelimpahan harus dimulai dari proses panjang kehidupan sosial dan ekonomi sang kandidat. Track record kehidupan seseorang, sekecil apapun, akan menyiratkan kepribadian orang tersebut, bukan pada penampilan sesaat selama masa kampanye.
Visi pemimpin Bita Nahak adalah pengembalian kedaulatan rakyat, yang telah direbut oleh elit politik and elit ekonomi, kepada masyarakat kebanyakan. Para pemimpin bermental kaya adalah orang – orang yang percaya bahwa semua kita dapat hidup dari sumber daya yang ada secara berkecukupan tanpa harus menggerogoti hak orang. Sehingga mereka adalah orang yang terus – menerus menyokong kehidupan yang berkeadilan sosial (promotion of justice) dan memperjuangkan hak orang – orang yang tidak mampu menuntut haknya sendiri (option to the poor). Mereka adalah orang – orang yang berani berkata tidak pada praktek – praktek yang mengkhianati prinsip hidupnya. Al hasil, sangat kerap mereka hidup termaginalisasi, karena melenceng dari pusaran utama kehidupan bermasyarakat.
Program apa saja yang diharapkan dari seorang pemimpin bermental Bita Nahak di NTT? Tanpa mengurangi pentingnya program lain, setidaknya ada empat program utama seorang pemimpin yang bermental kaya, yakni anti politik uang (money politics), mempropagandakan supremasi hukum, membuka akses ekonomi secara merata, dan menjadikan pengembangan sumber daya manusia sebagai pilar utama pembangunan.
Politik uang adalah biang kerok dari kemandulan dan pengebirian kedaulatan rakyat. Mengawali sesuatu dengan uang pasti muaranya pun adalah uang (rubbish in rubbish out). Lagi pula, secara keseluruhan politik uang sebenarnya tidak pernah menguntungkan pihak manapun, baik calon pemimpin maupun kontestuennya. Kualitas pribadilah yang pada akhirnya menentukan kesuksesan seseorang. Selain alasan idealisme, secara pragmatis, para calon yang bermain politik uang sebenarnya terperangkap dalam situasi dilema tawanan (prisoners’ dilemma). Dalam kondisi yang seimbang, politik uang hanya akan menguntungkan penerima uang (para penjual suara) bukan para pembeli suara. Karena pembeli suara akan berlomba –lomba menawarkan uang tertinggi untuk mendapatkan suara, tanpa mengetahui secara pasti berapa plafon tertinggi yang ditawarkan lawan politiknya. Sehingga pada gilirannya, kualitas pribadi calonlah yang akan menjadi faktor penentu kemenangan seseorang dalam pemilihan. Bukti yang paling jelas adalah pemilihan walikota Kupang beberapa waktu yang lalu, ketika calon - calon dengan kondisi keuangan yang lebih unggul ternyata kalah telak. Para pengamat mengakui bahwa kesuksesan Duo Dan lebih merupakan kontribusi kualitas pribadi daripada uang atau kontribusi mesin partai.
Hal kedua yang dilakukan pemimpin bermatabat yang dicari rakyat NTT adalah memberi contoh penegakkan hukum yang tidak pandang buluh. Pemimpin jenis ini sungguh – sungguh menjunjung tinggi prinsip ‘leading by example’ alias ing ngarso sung taulado meminjam filsafat kepemimpinan Ki Hajar Dewantara. Ia berani melepaskan jabatannya atau jabatan bawahannya jika dianggap melanggar hukum. Dan ia siap memulihkannya kembali setelah proses hukum menyatakan bebas dan memecatnya jika sungguh bersalah. Dosa para pemimpin bermental Bukulasak adalah berusaha saling melindungi walaupun jelas – jelas bersalah. Akibatnya rakyat menjadi apatis dengan proses hukum dan pada gilirannya membiakkan anarki berjamaah. Maka pemimpin impian NTT harus menjadi suri teladan penegakkan hukum yang adil tanpa embel – embel SARA.
Program berikut yang dilakukan sang pemimpin visioner itu adalah menciptakan peluang ekonomi yang sama bagi setiap warganya. Target politiknya adalah memberdayakan negara untuk menciptakan medan persaingan ekonomi yang seimbang untuk setiap pelaku ekonomi di wilayahnya. Ketimpangan akses dan kekuatan para pelaku ekonomi, justru diperparah dengan kolusi antara penguasa dengan segelintir pelaku ekonomi kuat, yang menyebabkan rakyat kecil tergencet dan mati secara perlahan – lahan. Para pemimpin Bukulasak tanpa sadar meruntuhkan sendi - sendi perekonomian daerahnya dengan memperkokoh satu mata rantai dan menggerus mata rantai yang lain. Mereka tidak sadar bahwa menggembosi perekonomian petani produsen, dengan membiarkan tengkulak menentukan harga komoditi seenaknya, sama dengan menghancurkan bangunan perekonomian secara keseluruhan. Pernyataan ini bukan isapan jempol karena kesetimbangan ekonomi dikontrol oleh dua variabel yang sama pentingnya, supply dan demand. Jika harga tidak menentu (lack of demand) maka petani pun tidak mempunyai insentif untuk berproduksi sehingga supply pun akan mati (lack of supply). Karena itu tugas pemimpin adalah mengawal kedua aspek ekonomi tersebut tanpa mengutamakan satu dari yang lain.
Agenda keempat dari seorang pemimpin Bita Nahak adalah mengembangkan sumber daya manusia yang produktif. Ia akan terus menerus menciptakan suasana kondusif bagi sikap kritis dalam pribadi – pribadi yang sehat jasmani dan rohani. Manusia yang kritis dan sehat mampu menghadapi kompleksitas kehidupan secara lebih mumpuni dibandingkan dengan warga negara yang kurang gizi dan lebih mengandalkan nafsu dan kecurangan. Untuk itu pendidikan berkualitas harus bisa dinikmati semua lapisan masyarakat. Sama halnya, fasilitas pelayanan kesehatan yang prima harus bisa dijangkau setiap orang. Secara praktis, ia akan mengalokasikan setidaknya sebagian besar porsi anggaran belanjanya untuk pengembangan sumber daya manusia. Karena sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkat produktifitas per kapita secara signifikan. Contoh klasiknya dapat dilihat di banyak negara dimna kualitas sumber daya manusia berbanding lurus dengan pendapatan per kapitanya.
Keempat program di atas merupakan agenda utama para pemimpin berhati Bita Nahak yang sementara ini ditelisik, walau sangat sulit bak mencari jarum di antara tumpukan jerami. Catatlah, bahwa calon pemimpin masih bermain politik uang jangan berharap mendapatkan pemimpin yang bermartabat. Karena pada akhirnya, mereka tetap akan melakukan prinsip tebang pilih dalam penegakkan hukum tergantung siapa orangnya. Para pemimpin yang naik dengan uang pun akan tetap melindungi kroni – kroninya sehingga ketimpangan akses ekonomi tetap dilestarikan. Mereka bahkan tidak akan memikirkan pengembangan sumber daya manusia yang sifatnya jangka panjang. Karena bagi mereka persiapan dana untuk pemilihan lima tahun berikutnya bukanlah pilihan yang bisa ditawar - tawar. Para pemimpin bermental Bukulasak tanpa sadar membunuh dirinya sendiri dan masyarakat, dengan terus menerus melakukan praktek – praktek di atas. Karena itu, wahai segenap warga Nusa Tenggara Timur, mari menjadi Diogenes – Diogenes NTT untuk mencari pemimpin bermoral yang mampu membawa NTT keluar dari lingkaran setan pengkhianatan kedaulatan rakyat. Marilah bahu membahu mencari pemimpin yang mampu merebut kembali kedaulatan rakyat dari tangan kelompok – kelompok kepentingan dan memberikan kepada kita rakyat NTT sebagai pewaris sah kedaulatan dan pembangunan. Selamat mencari pemimpin NTT.

No comments: